Popular Posts

Monday, October 3, 2011

Hilang... Atau Kembali ?

Sisa-sisa mayat manusia sangatlah berharga, bila ia bersikap mulia ketika masih hidup”
-Emily Brontë

Terik matahari di Selasa pagi yang cerah bersinar menerangi bumi.. matahari yang sama ketika aku bertemu wanita itu. Wanita yang kutemui disebuah taman didepan Rumah Sakit tempatku bekerja sebagai perawat. Perawakannya mungil. Tubuh rampingnya berbalutkan sundress berwarna putih. Diatas kepala kecilnya bertakhta sebuah sorban berupa pasminah yang dililitkan –sungguh gaya fashion yang aneh,jika kau menanyakan pendapatku. Wajahnya yang pucat berhiaskan mimik wajah yang kebingungan. Dia nampak berjalan bolak-balik sambil sesekali melongok ke bawah kursi taman. Sepertinya ada yang dicarinya..maka kusapa dia.


      “Ada yang hilang ya mbak ?”. Dia terpaku mendengar pertanyaanku.


“Emm,mungkin bisa saya bantu cari ?”,lagi-lagi aku memecahkan keheningan dengan pertanyaan basa-basi yang layaknya ditanyakan seorang ramah yang kebetulan lewat. Tapi kali ini si wanita tak lagi terdiam. Dia malah menghela nafas panjang dengan ekspresi wajah yang merana.


“Iya,saya sedang mencari sesuatu,mbak..”


“Kalo boleh tahu,yang dicari itu apa ya mbak? Siapa tahu saya bisa bantu ?”


“ …… yang saya cari itu…adalah sesuatu yang sangat berharga bagi saya” jawabnya dengan pandangan nanar.


“Perhiasan ya mbak ? Mungkin jatuh di sela-sela saluran got. Kalau kita hubungi dinas Pertamanan,mungkin mereka bisa bantu” usulku.


“Ah,tidak mungkin. Yang saya cari ini ukurannya lebih besar dari perhiasan. Begitu besarnya,orang yang saya kenal pasti tahu bahwa saya telah kehilangannya. Padahal..benda itu selalu melindungiku dalam keadaan apapun. Memayungiku dengan rasa amannya”


“Melindungi ? Memayungi dengan rasa aman ? Aha,apakah yang anda cari itu adalah sebuah payung,mbak ? Kalo memang payung anda ketinggalan di taman ini maka barangkali sudah ada orang lain yang menemukannya dan mungkin menitipkannya di pos satpam terdekat.”


“Bukan,bukan payung. Yang kucari bukanlah payung,mbak. Yang kucari adalah sesuatu yang dapat terbang menjauh”


“Terbang menjauh? Apakah itu seekor burung ? Wah,kalo burung yang terbang sudah bisa saya pastikan tidak akan kembali lagi,mbak”. Sedetik,kutangkap raut putus asa diwajahnya. Barangkali kali ini tebakanku tepat ? Seekor burung kah yang hilang ?


“Mungkin ia seperti seekor burung,” ucapnya sendu sambil melemparkan seulas senyum kearah langit yang cerah. “tapi yang kucari ini tak dapat bertelur,tak dapat berkicau, dan tak berbulu. Selama ini ia tak pernah meninggalkanku. Seumur hidupku selalu tak berpisah denganku. Benda yang begitu berharga bahkan dengan uang sejumlah berapapun”


“Hmm..benda berharga yang tak ternilai harganya ? Barang antik kah?” tebakku sekali lagi.


“Ha ha… bukan,oh bukan. Meskipun seusia denganku,ia bukanlah benda mati. Yang kucari adalah ia yang begitu kusayang. Satu-satunya milikku yang setia mendampingi dalam tawa saya maupun dalam tangis saya.”


“Bukan benda mati dan selalu mendampingi ? Mbak diputusin pacar ya ? Wah,ngga usah ditangisin mbak.. Barangkali belum jodoh. Nanti juga bakalan ketemu yang cocok.”


“Bukan,bukan juga pacar mbak.. Ha ha. Kehilangan ia jauh lebih sengsara daripada kehilangan pacar. Lagipula.. yang kupunya ini bukan sepenuhnya milik saya kok,mbak. Hanya pinjaman. Titipan dari Dia semata.” Ucap wanita bersorban sembari tersenyum padaku.


“Barang titipan ? Hmm..saya yakin apapun yang mbak cari barangkali sudah diambil yang punya. Sudahlah mbak, jangan bersedih. Apa yang bukan milik kita ketika telah tiba waktunya maka harus segera dikembalikan. Ikhlaskan sajalah mbak. Daripada bersedih karena kehilangannya,bukankah jauh lebih baik bersyukur karena pernah memilikinya ?” kataku mencoba menegarkan hatinya.


Perlahan tapi pasti, senyum pun mulai terkembang seiring dengan kemampuan benak si wanita mencerna kata-kataku tadi. Mata yang tadinya sendu kini menemukan sinarnya kembali. Dengan tulus si wanita lantas menggenggam tanganku.


       “ Ternyata memang sudah kembali ! Terima kasih banyak,mbak. Tanpa mbak,saya takkan mungkin sadar” ucapnya tulus.


Belum sanggup kutemukan kata-kataku, tiba-tiba dia membuka pasminah yang sedaritadi membungkus kepalanya. Astagfirulloh, ternyata pasminah itu membungkus kepala kecil yang licin tanpa sehelai rambutpun. Semakin terlihat jelas kondisi si wanita yang sepertinya dalam keadaan tidak sehat.


       “Sekarang saya sudah lega. Terima kasih banyak ya mbak perawat !” sahutnya riang sambil berjalan menuju gedung Rumah Sakit.


Sejenak aku terdiam,namun satu pertanyaan berhasil menguasai kekakuan lidahku..


     “ Eh…mbak ! sebenarnya…. Yang sedang dicari… apa?”


Sejenak ia berbalik dan menjawab sambil tersenyum ringan, “Semangat Hidup…”


***


Siang ini,aku lagi-lagi dapat giliran piket siang. Kudengar bincang-bincang sesama perawat yang menangani pasien di bangsal perawatan intensif. Ada seorang pasien penderita kanker otak yang baru meninggal katanya. Seorang wanita kurus yang kepalanya botak akibat kemotheraphy. Dia meninggal seusai subuh katanya. Kudengar…kata-kata terakhir wanita itu adalah “Segala sesuatu yang berasal dari-Nya akan kembali pada-Nya”.



~end~

“Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi,
Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan”
(Q.S Ali ‘Imran: 109)

No comments:

Post a Comment