Popular Posts

Tuesday, October 25, 2011

Falsafah Tanda '+'

November 2010, 05:54 AM

My quiet sanctuary




9 + 0 = 9

5 + 4 = 9

4,5 + 4,5 = 9

6 + 3 = 9

1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 9



Dalam equasi matematis, untuk menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan dibutuhkan reaksi antara dua variable atau lebih. Dari ilustrasi diatas kita melihat ada begitu banyak cara untuk mencapai hasil 9. Ada variabel yang memuat nilai utuh dan kosong, ada juga yang memiliki nilai sama besar, ada yang lebih besar, ada pula yang lebih kecil. Dan hasil yang dicapainya pun sama yaitu 9. Namun selain variabel hasil dan variabel-variabel pembentuk hasil, ada satu unsur lain yang berdiri sendiri. Dia tidak memiliki nilai sehingga dirinya tidak dimasukkan ke dalam variabel manapun. Dialah simbol ekuasi yang sering kita kenal dengan ‘+’.



Secara matematis, ‘+’ tidaklah memiliki makna yang berarti jika berdiri sendiri. Jika dimasukkan dalam parameter terukur pun ‘+’ tidak memiliki nilai. Sendirian, dia hanyalah sebuah simbol kecil tidak bermakna yang tidak berkomunitas. Namun ketika kita memasukkan ‘+’ diantara dua variabel atau lebih, barulah keajaiban ‘+’ bekerja. ‘+’ adalah sebuah katalisator, meskipun memiliki value atau nilai yang agak sedikit ‘berbeda’ dari rekan-rekan variabel lainnya, tapi dirinya penting. ‘+’ ibarat bunglon, dapat menyesuaikan diri dengan variabel manapun meski tak mutlak merupakan bagian daripada varian-varian lain namun ‘+’ lah yang memunculkan potensi dari masing-masing variabel dan menjadikannya kedalam satu formulasi yang memberikan hasil.



Dunia hari ini telah dipenuhi oleh orang-orang hebat ! Ilmuwan roket yang jenius, tentara yang pemberani, pengacara yang pandai berkilah, bankir yang cerdik, pedagang yang jujur, buruh yang ulet, petani yang rajin, pelajar yang bersemangat, bahkan orang-orang disekitar kita – aktivis yang kritis, mahasiswa yang cerdas meskipun terkadang malas masuk kuliah, anak kuliahan yang ingin segera meraih gelar sarjana dan membahagiakan kedua orangtuanya, bahkan para OB yang dengan tanpa bosannya mengepel lantai di koridor-koridor kampus (meskipun tahu bahwa malam nanti koridor tersebut akan kembali dikotori oleh cat-cat yang dipakai memblok spanduk). Dalam menghadapi kejamnya hukum alam,mereka masih mampu bertahan. Betapa hebatnya kekuatan manusia. Kekuatan-kekuatan individual ini layaknya partikel-partikel atom yang memiliki potensi kekuatan sangat besar,namun berdiri sendiri –sendiri yang kebanyakan darinya hanya terdiam tanpa arah.



Sungguh sangat disayangkan… jutaan energi-energi kecil yang berhamburan yang kemudian tak terkelola dengan baik. Sebagian kecil bersinar cemerlang ibaratnya bintang-bintang dihamparan beludru hitam langit yang tenang. Namun kemudian usia bintang-bintang tersebut pun tak bertahan lama hingga kemudian mereka terbakar dan menjadi blackhole yang menyerap cahaya-cahaya lain disekitarnya. Sedangkan kebanyakan pun lenyap ditaklukkan oleh hukum rimba alam raya ini. Kemajuan peradaban manusia membutuhkan sebuah gebrakan perubahan yang tidak biasa. Hal-hal yang berasal dari hal-hal yang mustahil dan kemudian menjadi nyata. Mengapa takut mewujudkan hal yang mustahil? Padahal Tuhan pun tidak mengenal kata mustahil. Sejak abad ke-13 pun manusia telah berangan-angan untuk terbang kelangit meskipun kedengarannya sangat mustahil, bahkan jauh sebelumnya ! Hingga munculah mitos Yunani kuno mengenai Daedalus dan Ikarus. Kemudian ketika Wright Bersaudara mewujudkan angan-angan tersebut, dunia pun tersentak. Kembali, kekuatan-kekuatan besar tersebut bergerak menuju satu lagi perubahan. Bermunculannya aviator-aviator muda, enigineer-engineer pesawat terbang, penerjun bebas, pesawat militer, dan berbagai terobosan baru lainnya hanya dalam satu dekade. Sehingga manusia perlu meninjau kembali pemikiran-pemikiran lamanya, ‘Apa benar ada hal yang mustahil di dunia ini ?



Ya, tak ada yang mustahil didunia ini teman. Jagad raya beserta seluruh potensinya telah memberikan restu kepada manusia untuk membawa kemajuan peradaban. Satu-satunya yang kurang adalah kehadiran seorang pemimpin, bukan sekedar seorang pimpinan. Dunia membutuhkan lebih dari sekedar kedudukan bersifat prestisius yang ternyata hanya diciptakan demi kepentingan segelintir orang saja. Ibarat sang tanda ‘+’,pemimpin bukanlah sekedar orang yang berada dipuncak piramida makanan. Dia adalah katalisator, adalah sang ekuator ! Orang itu haruslah orang yang memahami segala kekuatan dan kelemahan daripada potensi-potensi yang dimilikinya. Tidak seperti kebanyakan pimpinan yang kebanyakan darinya memang pandai membaca pemetaan politis dan memilih untuk berpihak pada yang memiliki kekuatan lebih besar saja kemudian lantas mencampakkan para underdog lainnya. Seperti ‘+’, sang pemimpin haruslah mampu menyetarakan derajat masing-masing pihak (equals) kemudian mengharmonisasikan pihak-pihak tersebut kedalam satu formasi pergerakan baru yang terarah, teratur, dan nyata.



Patut diakui bahwasanya untuk menjadi sang ‘+’ itu tidaklah mudah.Tak bisa dipungkiri bahwasanya masyarakat terdiri atas komunitas-komunitas tersendiri. Setiap komunitas memiliki dinding-dinding tak kasat mata yang menjadikan satu komunitas berbeda dengan komunitas lainnya. Dan yang menjadi tuntutan terberat bagi seorang yang diberi amanah untuk memimpin adalah tuntutan atas kemampuan diri dalam membaur dalam kelompok-kelompok kecil suatu komunitas kemudian memperoleh kepercayaan komunitas untuk memimpin mereka tentunya sekonyong-konyong akan menggerogoti setiap titik dari kesabaran diri dan bahkan identitas pribadi kita.Sungguh perjuangan berat yang sangat berat ! Namun keadaan yang equals sangat dibutuhkan dalam menciptakan sinergitas antar komunitas dan meleburkan mereka kedalam satu kekuatan massive. Seperti ‘+’ yang meleburkan angka 5 dan 4 menjadi bentukan ekuasi bernilai 9. Maka kemudian muncullah pertanyaan terakhir: "Siapakah yang hendak menjadi '+'?"




No comments:

Post a Comment